Selasa, 16 April 2013

Makna dan Sejarah Opera Sabun



Opera sabun adalah fiksi drama yang ditayangkan secara berseri dan terbagi dalam banyak episode di radio maupun televisi Kata sabun dalam bentuk acara ini berasal dari seri drama yang ditayangkan pertama kali, yang disponsori oleh pabrik sabun, yakni Procter & Gamble, Colgate-Palmolive, dan Lever Brothers. Sementara itu, kata “opera” diambil dari karakter fiksi yang ditayangkan: sangat dramatis dan melodramatis. Sekilas, kurang lebih begitulah awal sejarah opera sabun.


            Pada sekitar tahun 1920-an, terdapat sebuah radio dengan nama the Bee’s Knees. Dimana pada radio tersebut terdapat serangkaian serial yang ditujukan untuk pendengar perempuan dan ditayangkan pada siang hari. Ketika itu, acara tersebut belum memiliki nama dan sponsor. Akhirnya radio tersebut memutuskan bahwa mereka harus memikirkan cara untuk membuat serial tersebut mendapatkan perusahaan yang mensponsori acara ini sehingga acara ini menjadi menguntungkan.
            selain itu stasiun-stasiun radio hanya mengandalkan iklan sebagai satu-satunya sumber pemasukan. Perusahaan-perusahaan saat itu bisa memilih memasang iklan atau mensponsori acara-acara tertentu.
            Pada awalnya opera sabun ditayangkan pada siang hari di radio di mana sebagian besar pendengarnya adalah ibu-ibu rumah tangga. Pada era itu, perempuan bekerja adalah satu hal yang langka sehingga sebagian besar perempuan menghabiskan harinya di rumah. Selain itu, ibu-ibu rumah tangga juga merupakan pemirsa sasaran ideal bagi produk-produk pembersih rumah tangga, seperti sabun, deterjen, produk-produk pembersih sejenis. Itu yang secara tradisional membuat opera sabun sangat terkait dengan pemirsa perempuan sehingga kebanyakan kisah-kisah opera sabun saat itu juga berhubungan dengan hal-hal di seputar rumah tangga dan kehidupan domestik, Ma Perkins dan One Man’s Family adalah dua opera sabun pertama yang ditayangkan oleh jaringan radio di AS.
            Jadi, opera sabun itu sama dengan telenovela, atau jaman sekarang seperti sinetron lebih kurang hampir mirip cerita Cinta Fi*tri yang  terus bergenerasi  dan ceritanya hanya tentang perebutan harta, cinta yang tak kunjung padam, serta cerita yang diakhiri happy ending tanpa merasakan sengat panas dunia yang sebenarnya, bagaimana media mencerminkan keadaan yang berbanding terbalik. 
            Opera sabun bisa juga dimaknai seperti buih, karena sabun ketika kita gosok makin berbuih. Makin lama digosok buihnya makin banyak. Sinetron atau opera sabun juga sama. Makin lama makin berbuih, makin panjang, dan nggak khatam-khatam. Tapi jangan salah makna Opera Sabun yang sebenarnya bukan demikian melainkan secara umum opera sabun sangat terkait dengan pemirsa perempuan, karena opera sabun sebagai media promosi dan perempuan adalah destinasinya.


Sabtu, 13 April 2013

70 DOSA BESAR MENURUT ADZ-DZAHABI (الذهبي) DALAM AL-KABAIR (الكبائر)



Ada 70 macam dosa besar yang disebut dalam kitab Al-Kabair oleh Adz-Dzahabi. Alasan dan dasar hukumnya dapat dilihat sendiri dalam kitab Al-Kabair (الكبائر) karya Adz-Dhahabi.

1. Menyekutukan Allah atau Syirik
2. Membunuh manusia
3. Melakukan sihir
4. Meninggalkan shalat
5. Tidak mengeluarkan zakat
6. Tidak berpuasa ketika bulan Ramadhan tanpa alasan yang kuat
7. Tidak mengerjakan Haji walaupun berkecukupan
8. Durhaka kepada Ibu Bapa
9. Memutuskan silaturahim
10. Berzina
11. Melakukan sodomi atau homoseksual
12. Memakan riba
13. Memakan harta anak yatim
14. Mendustakan Allah S.W.T dan rasul-Nya
15. Lari dari medan perang
16. Pemimpin yang penipu dan kejam
17. Sombong
18. Saksi palsu
19. Meminum minuman beralkohol
20. Berjudi
21. Menuduh orang baik melakukan zina
22. Menipu harta rampasan perang
23. Mencuri
24. Merampok
25. Sumpah palsu
26. Berlaku zalim
27. Pemungut cukai yang zalim
28. Makan dari harta yang haram
29. Bunuh diri
30. Berbohong
31. Hakim yang tidak adil
32. Memberi dan menerima sogok
33. Wanita yang menyerupai lelaki dan sebaliknya juga
34. Membiarkan istri, anaknya atau anggota keluarganya yang lain berbuat mesum dan memfasilitasi anggota keluarganya tersebut untuk berbuat mesum
35. Menikahi wanita yang telah bercerai agar wanita tersebut nantinya bisa kembali menikah dengan suaminya terdahulu
36. Tidak melindungi pakaian dan tubuhnya dari terkena hadas kecil seperti air kencing atau kotoran
37. Riya atau suka pamer
38. Ulama yang memiliki ilmu namun tidak mau mengamalkan ilmunya tersebut untuk orang lain
39. Berkhianat
40. Mengungkit-ungkit pemberian
41. Mangingkari takdir Allah SWT
42. Mencari-cari kesalahan orang lain
43. Menyebarkan fitnah
44. Mengutuk umat Islam
45. Mengingkari janji
46. Percaya kepada sihir dan nujum
47. Durhaka kepada suami
48. Membuat patung
49. Menamparkan pipi dan meratap jika terkena bala
50. Menggangu orang lain
51. Berbuat zalim terhadap yg lemah
52. Menggangu tetangga
53. Menyakiti dan memaki orang Islam
54. Durhaka kepada hamba Allah S.W.T dan menggangap dirinya baik
55. Memakai pakaian labuhkan pakaian
56. Lelaki yang memakai sutera dan emas
57. Seorang hamba (budak) yang lari dari Tuannya
58. Sembelihan untuk selain dari Allah S.W.T
59. Seorang yang mengaku bahwa seseorang itu adalah ayahnya namun dia tahu bahwa itu tidak benar
60. Berdebat dan bermusuhan
61. Enggan memberikan kelebihan air
62. Mengurangi timbangan
63. Merasa aman dari kemurkaan Allah S.W.T
64. Putus asa dari rahmat Allah S.W.T
65. Meninggalkan sholat berjemaah tanpa alasan yang kuat
66. Meninggalkan Sholat Jumaat tanpa alasan yang kuat
67. Merebut hak warisan yang bukan miliknya
68. Menipu
69. Mengintip rahasia dan membuka rahasia orang lain
70. Mencela Nabi dan para sahabat beliau

Jumat, 21 Desember 2012

Pengrajin atap rembio kian tegerus

Seiring dengan kemajuan zaman, atap rembio (rumbia) di bengkulu kian tergeser dengan keberadaan seng dan genteng fiber dikarenakan dari segi mutu dan kualitas saat ini atap rembio memang masih tergolong sangat kurang, seperti halnya dalam ketahanan untuk atap rumah, juga tidak tahan lama dan rawan terbakar, belum lagi akibat terpaan angin kencang yang kapan saja bisa terbang karena 
dihempas saat hujan badai.


Semakin menurunnya tingkat produksi atap rembio kini juga disebabkan  kurang adanya minat masyarakat  lagi untuk menggunakakannya, peminat atap rembio kini  lebih banyak kepada para petani ataupun perkebunan-perkebunan sebagai atap pondok selain itu banyak pengusaha restoran makanan juga mulai memakai atap rembio untuk tempat lesehan dikarenakan atap rembio lebih berkesan seperti suasana desa, maka dari itu tidak hanya pada atap pondok saja rembio digunakan melainkan juga untuk tempat-tempat yang menginginkan suasana tradisional.
Atap rembio sendiri terbuat dari daun-daun kelapa atau ijuk yang telah dipisahkan dengan lidinya, proses pembuatannya sendiri seperti menganyam dengan menggunakan tali seperti  tali bambu yang tipis ataupun dari akar pohon, bahannya sendiri juga menggunakan sebilah bambu sepanjang  1,5 meter sebagai tumpuan untuk menjalin daun-daun kelapa hingga membentuk atap dan diikat dengan tali-tali tersebut, cara kerjanya cukup sederhana hanya dianyam menggunakan tangan setelah rembio selesai dibuat kemudian dijemur hingga kering menguning, tak ada peralatan khusus ataupun mesin dalam pengerjaannya, untuk ketahanan rembio sediri bisa mencapai 2-3 tahun.
 Dahulunya rembio digunakan sebagai pelindung rumah dari terpaan hujan dan cuaca panas sebelum adanya seng dan genteng fiber, terutama bagi masyarakat desa dan perkampungan.
Harga daun rembio sendiri saat ini berkisar Rp.4.000,- untuk satu bekawan( satu ikat), menurut Aminah pengrajin atap rembio( 58) jalan danau kelurahan dusunbesar mengatakan saat ini atap rembio semakin menurun, banyak ibu-ibu pengrajin tidak lagi membuat atap tersebut bahkan mulai meninggalkan, dengan alasan atap rembio tak lagi diinginkan masyarakat.
Atap rembio sendiri dijual dalam skala besar hingga ratusan, pembelinya pun sering dari luar seperti curup hingga menggunakan mobil untuk memesannya, aminah sendiri dalam sehari mampu membuat 40 ikat atap rembio, menurutnya atap rembio akan semakin bagus bila sudah menguning dan kering selain itu kelebihan atap rembio bila saat hujan tidak akan bersuara tidak seperti halnya seng dan lebih terasa sejuk bila menggunakan rembio ini, selain itu daun-daun kelapa yang ada ia dapatkan dari kebunnya sendiri, dalam sehari bisa mencapai ratusan lembar daun yang didapat.
“ biasonyo la ado pembeli nak mesan rembio ko, banyak disiko ibuk-ibuk narok rembionyo dipinggir jalan kalau lagi ado yang mesan kami biasonyo samo-samo ngerjoinyo biar cepek selesai, walaupun duitnya dak seberapo tapi jadilah untuk nambah-nambah duit belanjo”, ujarnya.
Tidak meningkatnya harga dari rembio sendiri tidak mengurungkan niat aminah untuk terus menganyam atap tersebut walaupun umurnya sudah terbilang tidak muda lagi, ia lakukan tanpa mengenal lelah demi mencukupi kebutuhannya.(mg-Amd)

Tabot Sudah Menjadi Upacara Tradisional Bengkulu

Ketika memasuki kota Bengkulu terdapat 2 bangunan layaknya gerbang masuk kota yang merefleksikan tradisi Tabot yaitu tradisi yang dikaitkan dengan sejarah Islam yang dilaksanakan tiap tahun baru hijriah selama 10 hari. Tradisi ini sudah ada sejak abad ke- 14 dan masyarakat Bengkulu percaya jika perayaan Tabot ini tidak dilaksanakan akan terjadi bencana. Setiap tahun perayaan Tabot terus berkembang yang diisi dengan acara-acara kolosal seperti fertival tari Tabot, telong-telong, ikan-ikan, dan lomba dol. 

Tidak ada yang tahu dengan pasti kapan upacara Tabot masuk ke Bengkulu, namun diduga kuat tradisi yang berangkat dari upacara berkabung para penganut paham Syi'ah ini dibawa oleh para tukang yang membangun Benteng Marlborought (1718-1719) di Bengkulu. Para tukang bangunan tersebut, didatangkan oleh Inggris dari Madras dan Bengali di bagian selatan India yang kebetulan merupakan penganut Islam Syi‘ah.
Para pekerja yang merasa cocok dengan tata hidup masyarakat Bengkulu, dipimpin oleh Imam Senggolo alias Syekh Burhanuddin, memutuskan tinggal dan mendirikan pemukiman baru yang disebut Berkas, sekarang dikenal dengan nama Kelurahan Tengah Padang. Tradisi yang dibawa dari Madras dan Bengali diwariskan kepada keturunan mereka yang telah berasimilasi dengan masyarakat Bengkulu asli dan menghasilkan keturunan yang dikenal dengan sebutan orang-orang Sipai.
Tradisi berkabung yang dibawa dari negara asalnya tersebut mengalami asimilasi dan akulturasi dengan budaya setempat, dan kemudian diwariskan dan dilembagakan menjadi apa yang kemudian dikenal dengan sebutan upacara Tabot. Upacara Tabot ini semakin meluas dari Bengkulu ke Painan, Padang, Pariaman, Maninjau, Pidie, Banda Aceh, Meuleboh dan Singkil. Namun dalam perkembangannya, kegiatan Tabot menghilang di banyak tempat. Hingga pada akhirnya hanya terdapat di dua tempat, yaitu di Bengkulu dengan nama Tabot dan di Pariaman Sumbar (masuk sekitar tahun 1831) dengan sebutan Tabuik. Keduanya sama, namun cara pelaksanaannya agak berbeda.
Jika pada awalnya upacara Tabot (Tabuik) digunakan oleh orang-orang Syi‘ah untuk mengenang gugurnya Husein bin Ali bin Abi Thalib, maka sejak orang-orang Sipai lepas dari pengaruh ajaran Syi‘ah, upacara ini dilakukan hanya sebagai kewajiban keluarga untuk yakni memenuhi wasiat leluhur mereka. Belakangan, sejak satu dekade terakhir, selain melaksanakan wasiat leluhur, upacara ini juga dimaksudkan sebagai wujud partisipasi orang-orang Sipai dalam pembinaan dan pengembangan budaya daerah Bengkulu setempat.
Upacara tradisional yang dinamakan dengan Tabot itu berasal dari kata Arab yaitu Tabut, yang secara harfiah berarti Kotak Kayu atau Peti. Konon menurut kepercayaan kaum Bani Israil pada waktu itu bahwa bila Tabut ini muncul dan berada di tangan pemimpin mereka, akan mendatangkan kebaikan bagi mereka. Namun sebaliknya bila Tabut tersebut hilang maka akan dapat mendatangkan malapeta bagi mereka.
Di Bengkulu sendiri, upacara Tabot ini merupakan upacara hari berkabung atas gugurnya Syaid Agung Husien bin Ali bin Abi Thalib, salah seorang cucu Nabi Muhammad SAW. Inti dari upacara tersebut adalah mengenang usaha dan upaya para pemimpin Syi'ah dan kaumnya yang berupaya mengumpulkan bagian-bagian dari jenazah Husien. Setelah semua bagian tubuhnya terkumpul kemudian diarak dan dimakamkan di Padang Karbala. Seluruh upacara berlangsung selama 10 hari, yaitu dari tanggal 01 sampai dengan 10 Muharram. Adapun tahapan dari upacara Tabot tersebut adalah sebagai berikut : Mengambil Tanah, Duduk Penja, Menjara, Meradai, Arak Penja, Arak Serban, Gam (masa tenang/berkabung) dan Arak Gedang serta Tabot terbuang.
Pada saat Tabot terbuang, masyarakat Bengkulu berbondong-bondong untuk mengikutinya. Mereka rela berjalan kaki dari Tapak Padri hingga ke Makam Imam Senggolo yang terletak di Jalan Kinibalu untuk melihat Tabot terbuang.
Tabot yang terus berkembang dari tahun ke tahun itu lama-kelamaan sudah semakin meninggalkan arti upacara tabot itu sendiri. Tabot yang sekarang lebih ke acara festival dan Tabot sendiri dijadikan suatu objek pariwisata di Bengkulu.
Upacara tabot di Bengkulu sudah berlansung sejak lama, yaitu sejak dari awal abad ke 18. Karena upacara ini sudah cukup lama tumbuh dan berkembang di sebagian masyarakat Kota Bengkulu, maka akhirnya dipandang sebagai upacara tradisional orang Bengkulu. Baik dari kalangan kaum Sipai maupun oleh seluruh masyarakat Melayu Bengkulu. Dengan demikian jadilah Upacara Tabot sebagai Upacara Tradisional dari suku Melayu Bengkulu.